Dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis hal yang perlu diperhatikan bukan hanya memaksimalkan setiap peluang yang ada, namun juga meminimalisir dan mengelola risiko. Sebagaimana bisnis pada umumnya, bisnis di industri kuliner juga tentunya tidak lepas dari sejumlah risiko dan tantangan.
Oleh karena itu diperlukan strategi khusus yang bisa disebut dengan manajemen risiko. Dalam pengertiannya sendiri, manajemen risiko merupakan proses identifikasi, analisis, penilaian, dan pengendalian risiko yang kemungkinan dapat memengaruhi keberlanjutan suatu bisnis. Dengan memahami secara mendalam mengenai tata cara mengelola risiko, kamu selaku pengusaha bisnis kuliner dapat mengambil tindakan yang lebih baik dan bijak dalam menghadapi masalah-masalah dalam perjalanan usahamu.
Langkah pertama yang bisa kamu lakukan dalam pengelolaan risiko adalah proses identifikasi. Ketahuilah risiko apa saja yang dapat memengaruhi berjalannya bisnis kulinermu. Kamu bisa memperhatikan contoh-contoh dari risiko umum diatas dan risiko lainnya yang kemungkinan terjadi. Setelah mengindetifikasi risiko-risiko tersebut kamu dapat mengevaluasinya pada bisnis kulinermu, sejauh mana risiko-risiko tersebut dapat memengaruhi kinerja usaha kulinermu dan seberapa besar potensi kerugian finansial yang akan diterima.
Penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang kuat terkait risiko-risiko apa saja yang secara umum dihadapi oleh para pebisnis kuliner. Risiko dalam bisnis makanan dan minuman sangat bervariasi dan bergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Risiko kesehatan dan keamanan pangan
Dalam usaha makanan dan minuman, kesehatan dan keamanan pangan tentunya merupakan risiko paling utama dan dapat menyebabkan dampak serius terhadap reputasi bisnis. Masalah-masalah tersebut dapat berupa kontaminasi racun dan penyakit pada makanan, pembusukan dan kerusakan makanan. Hal ini disebabkan berbagai hal, diantaranya lingkungan penyimpanan dan produksi yang tidak higienis dan terjaga kebersihannya.
Tahapan produksi dimulai dari persiapan hingga penyajian yang tidak sesuai dengan standar operasional juga dapat menyebabkan risiko pada kesehatan dan keamanan pangan. Kebersihan peralatan yang digunakan dan juga perlu untuk diperhatikan, begitu juga dengan tangan pemroses produksi sudah harus steril dan menggunakan sarung tangan. Perlu diingat juga untuk mencantumkan bahan-bahan makanan yang mengandung alergi seperti kacang, telur, dan susu sapi untuk menghindari risiko reaksi alergi pada pelanggan.
2. Risiko perubahan tren konsumen
Dalam dunia bisnis kuliner, selera konsumen dan tren makanan dan minuman selalu berubah dengan cepat. Terdapat beberapa makanan dan minuman yang popularitasnya menurun seiring berjalannya waktu. Sebuah bisnis kuliner yang baik harus mampu mengantisipasi risiko perubahan tren ini dengan inovasi-inovasi pada produk maupun layanan untuk tetap relevan, dalam artian dapat terus memenuhi selera dan kebutuhan pelanggan yang kita targetkan.
Menjaga relevansi bisnis kuliner kita dengan perubahan tren dapat dilakukan dengan melakukan riset pengembangan produk dan survey kepuasan dan keinginan konsumen. Kamu bisa memanfaatkan sosial media yang kamu miliki untuk membuat dan menyebarkan survey kepada pelanggan. Kritik, saran, beserta ulasan juga dapat dipertimbangkan dalam pengembangan produkmu.
3. Risiko regulasi dan legalitas
Selanjutnya adalah risiko dari sisi regulasi dan legalitas. Terdapat beberapa peraturan dari pemerintah terkait dengan bisnis, seperti Izin Badan Usaha, Pendaftaran merek dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Nomor Induk Berusaha (NIB), Sertifikat Halal, hingga ke aturan perpajakan. Pastikan untuk tetap mematuhi peraturan-peraturan usaha yang berlaku untuk menghindari sanksi hukum.
Adapun dalam hal legalitas risiko bisa disebabkan dari perjanjian dengan para supplier, partner, maupun karyawan. Penting bagi pelaku bisnis untuk membuat kontrak dan perjanjian yang mengatur dengan jelas hal-hal penting dalam hubungan kerja, sehingga kedua belah pihak yang bekerja sama memiliki kekuatan hukum apabila terjadi masalah-masalah yang tidak diinginkan. Setiap pelaku bisnis harus memastikan bahwa mereka mematuhi peraturan-peraturan yang ada.
4. Risiko persaingan yang tinggi
Meski dengan peluang usaha kuliner yang besar dan berkelanjutan, tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan bisnis makanan dan minuman sangat ketat, kompetitif, dan mudah ditiru. Ketika terdapat suatu jenis makanan yang sedang populer, maka pelaku bisnisnya juga akan meningkat. Kamu bisa menemukan banyak penjual yang menawarkan produk serupa pada saat itu, dikarenakan nilai permintaan akan makanan populer tersebut sedang meningkat.
Maka dari itu, penting untuk bisa menunjukan nilai unik dari produkmu yang membedakan bisnis kulinermu dengan pelaku usaha kuliner lainnya. Persaingan tidak hanya berlaku di lapangan namun juga di media promosi. Teruslah membangun presensi bisnis kulinermu secara online lewat media sosial dengan konten-konten menarik dan beraneka ragam.
5. Risiko operasional internal
Salah satu risiko dalam menjalankan bisnis kuliner juga dapat berasal dari permasalahan operasional dan internal. Maka dari itu sangat penting bagi sebuah bisnis untuk memiliki sistem manajemen yang baik. Hal ini mencakup peraturan operasional harian, layanan, sumber daya manusia, dan pengelolaan keuangan. Kurangnya pemantauan alur kas, perencanaan anggaran yang buruk, dan pengeluaran yang diluar kendali dapat mengancam keberlangsungan bisnis kulinermu.
Pelayanan yang baik dan ramah juga diperlukan agar pelanggan merasa puas, ingin kembali lagi dan tidak beralih ke pesaing. Apabila dalam bisnis kulinermu kamu sudah memiliki karyawan, pastikan juga untuk merekrut sumber daya manusia yang berkualitas. Hargai dan perlakukan setiap karyawanmu dengan baik sehingga tumbuh loyalitas dan komitmen dalam menjalankan tugasnya meningkat. Pertimbangkan untuk memberikan pelatihan secara berkala kepada setiap karyawanmu yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan. Jangan lupa juga untuk memerhatikan operasional harian lainnya seperti manajemen persediaan dan kualitas peralatan dan tempat produksi
6. Risiko faktor eksternal
Faktor risiko selanjutnya berasal dari eksternal, seperti bencana alam, perubahan musim dan cuaca, dan krisis ekonomi yang menyebabkan harga bahan baku yang tidak stabil. Kecelakaan seperti kebakaran juga patut menjadi perhatian utama bagi pelaku usaha kuliner, karena terdapat beberapa bahan baku yang mudah terbakar dan api menjadi kebutuhan utama dalam produksi. Maka dari itu, pemeliharaan dan proteksi fasilitas produksi dan tingkat keamanan yang baik perlu dipersiapkan untuk menanggulangi risiko tersebut. Pertimbangkan juga untuk mendaftarkan asuransi bagi bisnis kulinermu sebagai salah satu cara penanggulangan risiko eksternal diatas.
Itulah tadi risiko-risiko yang umum dihadapi oleh para pelaku bisnis kuliner beserta cara pengelolaan dan minimalisirnya. Manajemen risiko yang baik merupakan kunci untuk kesuksesan bisnis kulinermu dalam jangka panjang. Dengan kemampuan identifikasi risiko yang cermat, evaluasi kinerja bisnis secara berkala, pembaharuan strategi mitigasi yang lebih efektif, maka kamu dapat mengurangi dampak-dampak buruk dari setiap risiko, dan kamu akan dapat bersaing dalam industri kuliner yang kompetitif ini. Semangat sukses selalu untuk para pejuang bisnis kuliner!